Gedung Teater Tertua di Indonesia
Kalau berbicara tentang pementasan
seni, maka pasti kita akan teringat akan nama gedung-gedung pertunjukan. Nah
pastinya kalian penasaran dong, gedung kesenian yang tertua di Jakarta dimana
kan? Ternyata, Gedung Kesenian Jakarta merupakan gedung kesenian tertua yang
ada di Jakarta lho! Mau tau lebih lanjut tentang Gedung Kesenian Jakarta? Yuk
kita telusuri sejarah dari Gedung Kesenian Jakarta.
Gedung Kesenian Jakarta merupakan
bangunan tua peninggalan bersejarah pemerintah Belanda yang hingga masih
berdiri kokoh di Jakarta. Terletak di Jalan Gedung Kesenian No. 1 Jakarta
Pusat. Gedung ini memiliki bangunan bergaya neo-renaisance yang dibangun pada 7
Desember 1821 yang saat itu dikenal dengan nama Schouwburg Weltevreden atau
Comidiegebouw. Gedung ini diprakarsai oleh anggota perkumpulan tonil Ut Desint.
Pada malam perdana peresmiannya, Ut Desint mementaskan “Othelo” dan “Penabuh
Genderang” karya William
Shakespeare.
Sebelum Schouwburg Weltevreden
dibangun, disana berdiri bangunan Teater Militer Weltevreden yang dikenal akan “Bamboe
Teater” direalisasikan oleh
Gubernur Jenderal Inggris, Thomas Stamford Raffles pada tahun 1814. Di sana
merupakan tempat di mana para tentara jepang dapat menikmati pementasan teater.
Karena tentara Inggris kalah dari Belanda, maka teater Inggris diambil alih
oleh para seniman panggung Belanda, Ut Desint, yang kemudian membongkar dan
mendirikan kembali sebuah gedung ideal dan permanen. “Bamboe Teater” menurut orang Belanda
tidak layak disebut gedung karena terbuat dari bambu dan beratap alang-alang. .
Gedung yang bersejarah ini dibentuk dengan gaya empire oleh arsitek para
perwira Jeni VOC, Mayor Schultze atas perintah Gubernur Jendral Belanda,
Daendels. Ternyata, keberadaan gedung yang baru ini meningkatkan apresiasi
masyarakat akan seni pertunjukkan seperti opera, music klasik, tari dan nyanyi,
serta sirkus dan sulap. Kebanyakan pertunjukkan diselenggarakan oleh grup orang
kulit putih. Rombongan sandiwara pimpinan Louis Bouwmeester, grup pimpinan Von
de Wall atau Victor Ido, Jan Fabricius, dan Louis Couperus pernah mengadakan
pergelaran di gedung ini.
Gedung ini
pernah digunakan untuk Kongres Pemoeda yang pertama (1926). Dan, di gedung ini
pula pada 29 Agustus 1945, Presiden RI pertama Ir. Soekarno meresmikan Komite
Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan kemudian beberapa kali bersidang di gedung
ini Kemudian dipakai oleh Universitas Indonesia Fakultas Ekonomi & Hukum
(1951), dan sekitar tahun 1957-1961 dipakai sebagai Akademi Teater Nasional
Indonesia (ATNI).
Pada zaman penjajahan Jepang,
gedung ini sempat dijadikan markas militer dan lebih dikenal dengan Kiritssu
Gehitrzyoo. Selanjutnya tahun 1968 dipakai menjadi bioskop “Diana” dan tahun 1969 Bioskop “City
Theater”. Baru pada akhirnya pada tahun 1984 dikembalikan fungsinya
sebagai Gedung Kesenian (Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota
Jakarta No. 24 tahun 1984). Gedung ini direnovasi pada tahun 1987 dan mulai
menggunakan nama resmi Gedung
Kesenian Jakarta. Sebelumnya gedung ini dikenal juga sebagai Gedung Kesenian
Pasar Baru dan Gedung Komidi. Untuk penerangan digunakan lilin dan minyak tanah
dan kemudian pada tahun 1864 digunakan lampu gas. Pada tahun 1882 lampu listrik
mulai digunakan untuk penerangan dalam gedung.
Sekarang, Gedung Kesenian Jakarta
memiliki beberapa kegiatan utama seperti:
1.
Melaksanakan kerja sama dengan negara dan pusat kebudayaan asing
2.
Mengadakan kerja sama dengan lembaga, organisasi, dan grup kesenian
tradisional
3.
Menyelenggarakan festival seni pertunjukan
4.
Membuat dokumentasi audio visual
Nah, itulah beberapa fakta tentang
gedung teater tertua di Indonesia. Jika kalian tertarik lebih lanjut, kalian
dapat berkunjung ke Gedung Kesenian Jakarta ini. Karena gedung ini juga menjadi
salah satu objek wisata di Jakarta yang cukup terkenal.
dilansir
dari:
https://situsbudaya.id/gedung-kesenian-jakarta/
http://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/sastra/artikel/Gedung_Kesenian_Jakarta
https://student-activity.binus.ac.id/stmanis/2018/06/gedung-teater-tertua-di-indonesia/